Kebohongan Adalah Senjata Kaum Sepilis
Salah satu cara yang lazim digunakan para penganut sepilis (sekulerisme, plurasime dan liberalisme) untuk menikam umat adalah dengan melancarkan berbohong. Ada dua modus yang biasanya mereka pakai dalam trik dusta dan fitnah; pertama, memutarbalikkan ajaran Islam. Kedua,
memotret keburukan umat Islam lalu menyodorkannya kepada sebagian umat
sambil mengatakan ‘inilah akibat pelaksanaan syariat Islam’. dengan kedua trik itu mereka berharap agar umat bersikap antipati terhadap ajaran Islam dan memunculkan Islamphobia.
Contoh praktek modus itu misalnya diperlihatkan di sebuah stasiun tv
swasta malam Selasa lalu, ketika salah seorang tokoh Wahid Institute
menyatakan bahwa negara-negara Arab yang melaksanakan syariat Islam
justru memiliki tingkat pemerkosaan yang tinggi, ketimbang negara-negara
liberal macam Eropa. statistiknya dapat dilihat di sini http://www.nationmaster.com/graph/cri_rap_rat-crime-rape-rate
Ucapan itu dilontarkan terkait kemunculan larangan duduk mengangkang bagi wanita di Lhokseumawe, Aceh. Perda itu menyusul berbagai perda-perda syariah di sejumlah daerah seperti Bulukumba, Tangerang, dsb.
Ada sebagian orang yang ‘kebakaran jenggot’ dengan terus bermunculannya perda-perda syariat. Mereka adalah kalangan non-muslim yang benci pada Islam berikutnya adalah muslim yang sudah mengidap sepilis. Merasa takut dengan hal itu mereka lalu melancarkan serangan balik, termasuk dengan menggunakan kebohongan.
Tapi mereka lupa di era keterbukaan dan kemudahan mengakses informasi
ini setiap pernyataan apalagi yang berbau statistik amat mudah untuk
diklarifikasi.Maka pernyataan Yenni Wahid dari Wahid Institute itu dengan segera mengundang cemoohan dari banyak kalangan. Karena
data statistik justru memperlihatkan pemerkosaan justru banyak terjadi
di negara-negara penganut demokrasi dan liberalisme. Arab Saudi malah ‘hanya’ menempati peringkat ke-125. Putri Gus Dur inipun jadi bulan-bulanan di dunia maya, khususnya di jejaring sosial.
Padahal kalau Yenni mau jujur, di Indonesia yang tidak melaksanakan
syariat Islam dan wanitanya tidak diwajibkan berkerudung dan berjilbab,
angka perkosaan juga terbilang tinggi. Situs Gatra misalnya memberitakan laporan dari … bahwa di Indonesia setiap hari ada empat wanita diperkosa.
Lagipula apakah kerusakan sosial masyarakat itu hanya pemerkosaan?Bagaimana dengan perzinaan? Apakah Wahid Institute tidak melihat bahwa masyarakat kita kian lama kian terbiasa dengan free-sex? Seperti minggu ini seorang penyanyi muda yang diberitakan menghamili seorang SPG. Diinfotainment anak muda ini tampak ceria dan sedikitpun tidak ada perasaan malu apalagi berdosa. Apakah
kasus arisan seks pelajar di Situbondo — yang notabene kantong warga
nahdliyin – tidak membuat miris dan orang-orang yang berada di Wahid
Institute, malah justru lebih senang menyerang syariat Islam?
Para pengidap sepilis seperti kecanduan dalam melakukan manipulasi data dan pemberitaan. Setara Institute misalnya mengeluarkan laporan bahwa umat Islam di Indonesia makin tidak toleran. Sejumlah pertanyaan seperti bertetangga dengan penganut Ahmadiyah atau pelaku homoseksual dimasukkan ke dalam questioner. Lagi-lagi apa yang mereka lakukan terbukti jauh dari akurat bahkan cenderung ‘berbohong dengan statistik’. Bantahan terhadap laporan tersebut dapat di baca di sini http://hizbut-tahrir.or.id/2010/12/14/survey-setara-institute-membangun-stigma-negatif-terhadap-islam/
Begitupula dalam menanggapi ormas Islam yang dituding kerap bertindak anarkis kaum sepilis ini memakai standar ganda. Mereka
hanya menyoroti FPI. Padahal aksi FPI dalam beramar maruf nahi mungkar
masih lebih sedikit dibandingkan aksi tawuran, pemalakan atau keributan
yang dilakukan beberapa ormas kepemudaan dan kedaerahan, baik di Jakarta
maupun di daerah-daerah lain. Belum lagi parpol yang menggerakkan massanya melakukan kerusuhan dalam sejumlah pilkada. Akan tetapi kaum sepilis menganggap hal itu seperti bukan persoalan. Mereka lebih bernafsu membubarkan FPI ketimbang ormas lain yang lebih brutal dan kotor. Itu karena ‘dosa’ FPI satu; anti-sekulerisme-liberalisme-pluralisme. Jadi prinsip mereka, biarkan saja ormas lain tawuran, rusuh, memalak rakyat tapi hanya FPI yang harus dibubarkan.
Kebohongan lain yang acap muncul di media misalnya mengaitkan perjuangan penegakkan syariat Islam dan khilafah dengan terorisme. Dalam
kasus war on terror, pihak BNPT bekerja sama dengan para pengidap
sepilis ini terus menerus menuding perjuangan menegakkan syariat dan
khilafah sebagai kaum ideologi yang menjadi bahan bakar terorisme dan
radikalisme. Padahal faktanya tidak ada kaitannya antara perjuangan menegakkan syariat Islam dengan terorisme.
Lagipula mengapa hanya kelompok Islam yang selalu dimasukkan sebagai pelaku teror? Sementara
OPM yang sudah memiliki tujuan yang jelas, yakni separatisme,
terorganisir, memiliki pasukan militer dan berkali-kali membunuh warga
sipil dan aparat keamanan, sampai detik ini tidak dimasukkan ke dalam
ancaman terorisme. Bukankah ini sikap manipulatif yang amat telanjang?
Kita tidak usah heran dengan sepak terjang kebohongan mereka. Itu mereka lakukan karena membebek kepada guru-guru mereka, kaum orientalis dan imperialis Barat. Sejak awal kemunculan orientalisme taktik kebohongan dan sikap manipulatif jadi tabiat asli mereka. Mereka mengikuti teori Al Dous Huxley dalam Brave New World yang mengatakan bahwa kebenaran itu adalah kebohongan dikalikan dengan 62.000.
Huxley mungkin tidak pernah membaca ayat al-Quran bahwa Allah SWT. Maha Mengungkap setiap kebohongan. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah baik di langit ataupun di dada manusia.
“Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya.dan Allah lebih mengetahui dalam hatinya. dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.”(QS. Ali Imran: 167)
Lalu bagaimana dengan yang muslim tapi sering berdusta? Apalagi kedustaan itu untuk menikam agama mereka sendiri? Sungguh
mengerikan. Kita menyayangkan ada muslim yang sebenarnya cerdas tapi
kecerdasan mereka tidak digunakan untuk memperjuangkan kemuliaan
agamanya. Justru dipergunakan untuk mengokohkan musuh-musuh Islam. Semoga mereka masih ingat dengan firman Allah berikut ini?
“Itulah
ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya;
Maka dengan Perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam)
Allah dan keterangan-keterangan-Nya. kecelakaan
besarlah bagi tiap-tiap orang yang banyak berdusta lagi banyak
berdosa,Dia mendengar ayat-ayat Allah dibacakan kepadanya kemudian Dia
tetap menyombongkan diri seakan-akan Dia tidak mendengarnya. Maka beri khabar gembiralah Dia dengan azab yang pedih.”(QS. al-Jatsiyah: 6-8).[iwanjanuar/www.globalmuslim.web.id]