Untuk Yang Ingin Berjihad Fi Sabilillah
Syekh
Abdul Qadir Bin Abdul ‘Aziz dalam Al-Umdah Fie I’dadil ‘Uddah
menjelaskan masalah ikhlas dan istisab. Beliau menjelaskan bahwa ikhlas
adalah menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tujuan tanpa sekutu
apapun (di dalamnya), yakni dengan cara berlepas diri dari selain-Nya
dan memurnikan tujuan ibadah dan niat dari tujuan duniawi. Maka ikhlas
berarti memurnikan niat dari noda-noda syirik.
Selain
mengutipkan hadits shahih dari Umar bin Khattab ra tentang pentingnya
niat dan bahwa segala sesuatu amal perbuatan sangat tergantung pada
niatnya, Beliau juga mengutip hadits yang diriwayatkan oleh Abu Musa
Al-Asyari, dimana ada seorang laki-laki Badui mendatangi Nabi seraya
berbata :
“Wahai
Rasulullah seorang laki-laki berperang demi ghanimah (rampasan perang)
dan seorang berperang agar dipuji dan seorang lagi berperang agar
diketahui kedudukan perannya? (dalam riwayat lain) berperang agar
(disebut) pemberani dan pahlawan ; maka siapakah yang fi sabilillah?
Nabi menjawab : ‘Barangsiapa berperang agar kalimat Allah menjadi tegak
(tinggi) maka dia fi sabilillah.” (Muttafaq ‘alaih).
Adapun
tadrib askari (latihan militer) yang merupakan mukadimah jihad memiliki
maksud tersendiri, yakni tegaknya kalimat Allah. Seorang Muslim
beresiko untuk terluka atau mati syahid saat tadrib. Maka wajib baginya
untuk mengikhlaskan niat dan menjadikan tujuan tadribnya untuk
menegakkan kalimat Allah sehingga ia dapat encari dan mencukupi
pahalanya dengan sempurna, Insya Allah.
Setiap Amal Tergantung Penutupnya
Syekh
Abdul Qadir, Hafizahullah juga menjelaskan bahwa amal-amal itu
tergantung penutupnya (khatimah) apakah su’ul khatimah atau husnul
khatimah.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya
seorang hamba benar-benar telah beramal dengan amalan ahli neraka
padahal sesungguhnya ia termasuk ahli surga, dan beramal dengan amalan
ahli surga padahal ia termasuk ahli neraka. Dan sesungguhnya
amalan-amalan itu tergantung penutupannya.” (HR Al Bukhari dari Sahl bin
Muadz)
Ibnu
Hajar berkata dalam syarahnya, Ibnu Bathal berkata, “Bahwa tidak
diketahuinya akhir suatu amal dari seorang hamba memiliki hikmah yang
luar biasa dan didikan yang halus, karena sekiranya seseorang tahu bahwa
ia selamat, niscaya ia akan berbangga diri dan bermalas-malasan. Namun
bila ia termasuk orang yang binasa (karena adzab), akan bertambah
kedurhakaannya. Sehingga tidak diketahuinya akhir sebuah amal, agar
orang selalu berada dalam keaddan antara khauf (takut) dan raja’
(berharap). (Fathul Bari Juz II hal 330).
Maka
berhati-hatilah agar tak terjerembab pada hal-hal yang dapat
menghanguskan pahala jihad Anda. Tidakkah Anda mengetahui tentang kaum
yang berjihad bersama Nabi dan dikhabarkan mereka masuk neraka? Dan kaum
yang dekat dengan Nabi lalu murtad dan mati dalam keadaan itu. Inilah
su’ul khatimah (akhir amal yang buruk) setelah melalui amal shalih.
Kemudian
lihatlah (kisah) orang yang telah membunuh 100 orang dan Allah memberi
taubat atasnya, bumi dilipat untuknya. Tentu, ini adalah contoh husnul
khatimah (akhir amal yang baik) setelah melalui amal buruk.
Harus difahami bahwa ketakutan dan kekhawatiran setiap manusia akan hasil akhir amalannya disebabkan oleh:
1.Karena
amal-amal itu tergantung penutupnya (khatimah)sedangkan ia tidak tahu
dengan apa amalnya akan ditutup (su’ul khatimah atau husnul khatimah).
2.Jika
seandainya amal penutupnya adalah kebaikan, maka ia tetap khawatir
akankah amalnya diterima? Karena amal itu terkadang dzahirnya (luarnya)
saja kelihatan baik dan sempurna, namun sesungguhnya disana ada cacat
yang tersembunyi yang menjadikan tertolaknya amal di sisi Allah SWT.,
seperti riya, ujub, masna (mengungkit-ungkit pemberian), makan harta
haram,dan lain-lain.
Untuk
itulah, setiap Muslim yang bermaksud berjihad fi sabilillah hendaknya
benar-benar menjaga pahala amalnya agar tidak rusak baik yang dzahir
maupun yang batin (hati), baik di medan jihad atau di umur-umurnya yang
akan datang hingga bertemu Allah SWT.
Semoga
Allah SWT., memberikan kepada kita semua akhir amal yang husnul
khatimah, dan beramal dengan amal yang diterima di sisi Allah SWT. Amin
Ya Robbal Alamin.
Wallahu’alam bis showab!
Sumber : http://al-mustaqbal.net