Selasa, 05 Februari 2013 By Mr.Birr
0 Comments

Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat
dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan
para sahabatnya.
Allah memberikan pengajaran kepada kaum
mukminin tentang adab-adab dan cara menumbuhkan keberanian saat
berhadapan dengan musuh dalam peperangan, di antaranya: bersabar,
memperteguh diri, dan banyak berzikir kepada Allah. Dan kesemuanya itu
termasuk sebab utama diperolehnya kemenangan.
Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh),
maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya
agar kamu beruntung."(QS, Al-Anfal: 45)
Ka'ab Al-Akhbar
berkata, "Tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah Ta'ala daripada
membaca Al-Qur'an dan berzikir. Kalau bukan karena itu tidaklah Allah
memerintahkan manusia shalat dan berperang. Tidakkah engkau lihat Allah
telah memerintahkan manusia berzikir saat berperang." Lalu beliau
membacakan ayat di atas. (Lihat dalam Tafsir Ibnu Katsir)
Berzikir kepada Allah saat berperang adalah dengan banyak menyebut nama
Allah dalam bentuk tasbih, tahmid, takbir, tahlil dan semisalnya. Juga
hatinya tidak sampai lupa Allah sehingga ia senantiasa memohon
pertolongan kepada-Nya dan bertawakkal (menyerahkan urusan) kepada Allah
semata. Berzikir juga mengandung makna doa, yakni memohon kemenangan
atas musuh-musuh yang diperanginya. Lalu zikir ini disempurnakan dengan
mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam kancah peperangan tersebut, apa yang
Allah perintahkan ia kerjakan dan apa yang Allah larang maka ia
tinggalkan. Kesemuanya ini menjadi sebab datangnya pertolongan Allah
sehingga mereka lebih dekat kepada kemenangan. "Jika Allah menolong
kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah
membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang
dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu
hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal." (QS. Ali
Imran: 160)
Dari sini maka zikir merupakan bekal sangat penting
yang wajib siapkan oleh mujahidin. Mereka harus menghafalkan
zikir-zikir yang matsur dari Al-Qur'an dan Sunnah dan membiasakan diri
dengannya.
Syaikh Abu Hamzah Al-Muhajir dalam kitabnya "Zaad
al-Mujahid" menempatkan bekal zikir pada urutan pertama dari bekal-bekal
yang harus disiapkan mujahidin. Beliau menyebutkan beberapa ayat dan
hadits yang menunjukkan pentingnya zikir ini.
Allah Ta'ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
"Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya." (QS. Al-Ahzab: 41)
وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ
مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآَصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ
"Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan
petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS.
Al-a'raf: 205)
Dari Abu Musa Radhiyallahu 'Anhu ia berkata, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَثَلُ الَّذِي يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِي لَا يَذْكُرُه مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ
"Perumpamaan orang yang mengingat Tuhannya (berzikir) dan orang yang
tidak mengingat-Nya adalah seperti orang hidup dan mati." (Muttafaq
'Alaih, lafadz milik Al-Bukhari)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu
'Anhu ia berkata, "Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam
berjalan di salah satu jalan di Makkah, beliau melewati sebuah gunung
yang disebut Jumdan. Kemudian beliau bersabda, "Lewatilah gunung Jumdan
ini, karena dulu gunung ini ditempati al-mufarridun." Mereka bertanya,
"Siapakah al-mufarridun wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Laki-laki
dan wanita-wanita yang banyak berzikir kepada Allah." (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
يَقُولُ اللَّهُ عز وجل أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ
حِينَ يَذْكُرُنِي، إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي
وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي ملأ ذَكَرْتُهُ فِي ملأ هُمْ خَيْرٌ مِنْهُمْ وَإِنْ
تَقَرَّبَ مِنِّي شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ
إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي
أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
"Aku terserah persangkaan hamba-Ku. Aku
bersamanya (memberi rahmat dan membelanya) bila dia menyebut nama-Ku.
Bila dia menyebut nama-Ku dalam dirinya, aku menyebut namanya pada
diri-Ku. Bila dia menyebut nama-Ku dalam perkumpulan orang banyak, Aku
menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih banyak dari mereka. Bila dia
mendekat kepada-Ku sejengkal (dengan melakukan amal shaleh atau berkata
baik), maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila dia mendekat kepada-Ku
sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Bila dia datang kepada-Ku
dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat
(lari)." (HR. Muslim)
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia
berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya
Allah memiliki para malaikat yang berkeliling di jalan-jalan mencari
ahli zikir. Jika mereka menemukan satu kaum yang berzikir kepada Allah
maka mereka berseru, “Kemarilah menuju apa yang kalian cari.” Lalu
mereka pun datang seraya menaungi kaum tersebut dengan sayap-sayap
mereka hingga ke langit dunia. Maka Rabb mereka bertanya -padahal Dia
lebih tahu dari mereka- kepada mereka, “Apa yang dikatakan oleh
hamba-hamba-Ku?” Para malaikat menjawab, “Mereka mensucikan Engkau,
membesarkan Engkau, memuji Engkau, dan mengagungkan Engkau.” Allah
berfirman, “Apakah mereka melihat-Ku?” Para malaikat menjawab, “Tidak,
demi Allah mereka tidak melihat-Mu.” Allah berfirman, “Bagaimana
sekiranya mereka melihat-Ku?” Para malaikat menjawab, “Sekiranya mereka
melihat-Mu niscaya mereka akan lebih giat lagi beribadah, akan lebih
besar pengagungan dan pujian mereka kepada-Mu, dan akan lebih sering
lagi mensucikan Engkau.” Allah berfirman, “Lalu apa yang mereka minta?”
Para malaikat menjawab, “Mereka meminta surga kepada-Mu.” Allah
berfirman, “Apakah mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab,
“Belum, demi Allah mereka belum pernah melihatnya.” Allah berfirman,
“Bagaimana sekiranya mereka telah melihatnya?” Para malaikat menjawab,
“Jika mereka telah melihatnya niscaya mereka akan lebih berkeinginan
lagi, lebih antusias, dan harapan mereka akan lebih besar lagi.” Allah
berfirman, “Lalu dari apakah mereka meminta berlindung?” Para malaikat
menjawab, “Dari api neraka.” Allah berfirman, “Apakah mereka telah
melihatnya?” Para malaikat menjawab, “Belum, demi Allah wahai Rabb,
mereka belum pernah melihatnya sama sekali.” Allah berfirman, “Bagaimana
jika seandainya mereka melihatnya?” Para malaikat menjawab, ‘Tentu
mereka akan semakin menjauh dan semakin takut lagi darinya.” Allah
berfirman, “Sesungguhnya Aku telah mempersaksikan kepada kalian bahwa
Aku telah mengampuni mereka.” Salah satu dari malaikat berkata,
“Sesungguhnya di antara mereka ada si fulan yang bukan bagian dari
mereka (yang mengingat Allah), dia hanya datang untuk suatu keperluan?”
Allah berfirman, “Mereka adalah suatu kaum yang teman duduk mereka tidak
akan mendapatkan kecelakaan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
.
. . zikir merupakan bekal sangat penting yang wajib siapkan oleh
mujahidin. Mereka harus menghafalkan zikir-zikir yang matsur dari
Al-Qur'an dan Sunnah dan membiasakan diri dengannya. . .
Hubungan Jihad dengan Zikir
Jika jihad adalah amal paling utama setelah iman kepada Allah dan
Rasul-Nya, maka zikir juga merupakan amal ibadah yang paling utama yang
dikerjakan dalam rangka taqarrub kepada kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ
مَلِيْكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِي دَرَجَاتِكُمْ ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ
إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا
عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ ؟"
قَالُوْا بَلَى .قَالَ : ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى
"Maukah kalian
aku beritahukan amalan yang paling baik, paling suci di sisi Tuhan
kalian, lebih meninggikan derajat kalian dan lebih baik daripada
menginfakkan emas dan perak serta lebih baik daripada kalian bertemu
musuh, lalu kalian pancung leher mereka dan mereka pancung leher
kalian?!” Para sahabat menjawab, “Ya.” Beliau menjawab, “dzikirullah".”
(HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Ibnu Majah dan selainnya. Dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani rahimahullah)
Imam al-Thabani meriwayatkan
dalam Al-kabir dan Al-Ausathnya secara marfu', "Tidak ada satu amal yang
dikerjakan seseorang yang lebih bisa menyelamatkannya dari azab
daripada zikrullah." (Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih al-Jami'
al-Shaghir)
Dalam satu riwayat dari Mu'ad bin Jabal
Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: "Tidak ada satu amal yang dikerjakan
seseorang yang lebih bisa menyelamatkannya dari azab Allah daripada
zikrullah." Mereka bertanya, "Tidak pula jihad fi sabilillah?" Beliau
menjawab, "Tidak (pula jihad fi sabilillah), walau ia menyabetkan
pedangnya. Allah Ta'ala berfirman.
وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
"Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain)"." (QS. Al-Ankabut: 45)
Dalam riwayat lain disebutkan, "Tidak ada amal yang dikerjakan
seseorang yang lebih bisa menyelamatkan dirinya dari siksa Allah
daripada Zikrullah." Mereka bertanya, "Tidak pula jihad fi sabilillah?"
Beliau menjawab, "Tidak pula jihad, kecuali engkau sabetkan pedangmu
sehingga mengenai, kemudian engkau sabetkan pedangmu sehingga mengenai,
kemudian engkau sabetkan pedangmu sehingga mengenai."
. . .
Melihat hubungan yang erat antara jihad dan zikrullah maka selayaknya
seorang mujahid menyempatkan diri untuk mempelajari kalimat-kalimat
zikir yang telah diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, memahami
makna dan kandungannya, serta menerapkan tuntutan dari kalimat-kalimat
zikir yang dibacanya . . .
Penutup
Melihat hubungan
yang erat antara jihad dan zikrullah maka selayaknya seorang mujahid
menyempatkan diri untuk mempelajari kalimat-kalimat zikir yang telah
diajarkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, memahami makna dan
kandungannya, serta menerapkan tuntutan dari kalimat-kalimat zikir yang
dibacanya. Satu lagi dari zikir ini yang tak boleh dilupakan adalah
membiasakan berzikir dalam keseharian. Selain akan menyucikan hati dari
kotorannya, zikir juga akan menyebabkan datangnya rahmat Allah dan
pertolongannya. Sehingga saat mujahid berada dalam kondisi genting zikir
akan mudah mengalir secara alami dari bibirnya sehingga ia teguh
menghadapi musuh dan lahir keberanian dalam dirinya. Karena ringannya
amal dari kebiasaan mengerjakannya. Wallahu Ta'ala A'lam.
[PurWD/voa-islam.com]