Sabtu, 02 Februari 2013 By Mr.Birr
0 Comments
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGNWYk2HQuKbmXucb7UqGGBEHVaCG_Yk7X3ZybCsN4gsLFU9tO60dmeoTYpA2pV9pYbTEwyEFo1HLLeoqmwEN4TXo4_uYi9E7CpdTENv33J3hmtsry_7DzVrI0KWj7YF7cJz1vLC-3PKjL/s320/397068_568757039817134_778859004_n.jpg) |
Ilustrasi |
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, Dzat penuh kasih dan sayang,
tak pandang sesiapa memberikan kemurahan dan pengampunan. Ia yang
senantiasa ada dan ada sebelum yang lainnya ada. Ia yang takkan pernah
tiada meski seluruh makhluk tiada. Segala yang mendamaikan,
menentramkan, bermula dariNya. Dari Ia Maha Cinta. Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah kepada qudwah hasanah, manusia mulia, idola
seluruh dunia yang membawakan cintaNya kepada umat manusia, Nabi
Muhammad shollallahu ‘alayhi wasallam, beserta keluarga, para sahabat,
dan semoga kita adalah pengikutnya yang istiqomah menjalankan
sunnah-sunnahnya, dan kelak di akhirat dengan penuh kelembutan lisannya,
memanggil kita dengan penuh cinta, ummaty, ummaty, ummaty. Allahumma
aamiin.
Saat ini, saat mungkin sebagian orang sudah
lelap dalam tidurnya, atau bahkan sebagian dari mereka tengah dibuai
mimpi-mimpi indahnya, ah, semoga saja sebelum memejamkan matanya, mereka
masih menyempatkan bermuhasabah. Pun diri ini, dan nasihat ini adalah
memang untuk diri sendiri, bersyukur kepada Allah jika ada kebaikan dan
kebermanfaatan yang dapat diambil orang lain dengan membaca tulisan
sederhana ini. Dan tentunya, kebaikan itu hadir dari Allah Maha Pemberi,
Sang Pencipta yang mencinta hambaNya dengan segala cara. Seperti halnya
seorang Khalid bin Walid. Pernahkah mendengar nama seorang sahabat
Rasulullah itu? Mari kita sedikit mengulas kisah heroik seorang yang
mendapat gelar Syaifullah (pedang Allah) dari baginda Muhammad
shollallahu ‘alayhi wasallam.
Apa yang hendak kami
uraikan disini? Tak banyak memang, karena keterbatasan pengetahuan kami
tentang sahabat mulia itu. Seorang yang dahulunya kafir, namun mengubah
jalan hidupnya setelah perang Uhud, setelah ia dengan lantang bersuara,
“Hai Muhammad! Kami (kafir Quraisy) sudah Menang, kamu telah kalah dalam
peperangan ini….lihatlah pamanmu Hamzah yang tewas tercabik cabik
tubuhnya dan lihatlah pasukanmu yang telah porak poranda”. Namun dengan
kegagahannya, Rasulullah (manusia mulia) itu menjawab, “Tidak! Aku yang
menang dan engkau yang kalah Khalid …Mereka yang gugur adalah Syahid ,
sebenarnya mereka tidak mati wahai Khalid mereka hidup di sisi Alloh
SWT. penuh dengan kemuliaan dan kenikmatan , mereka telah berhasil
pindah alam dari dunia menuju akhirat menuju surga Alloh karena membela
agama Alloh gugur sebagai syuhada akan tetapi Matinya tentaramu ,
matinya sebagai kafir dan dimasukkan ke Neraka Jahannam” “Dan janganlah
kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa
mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu
tidak menyadarinya”. (QS. Al-Baqarah (2):154)
Ya,
itulah sekelumit episode yang dilalui seorang Khalid bin Walid sebelum
ia masuk Islam. Namun, mari kita belajar bahwa setiap kita memang
memiliki masa lalu yang mungkin kelam mencekam, akan tetapi bukan
berarti masa depan menjadi suram, jika kita mengikhtiarkan segenap
kemampuan, melangitkan doa pertaubatan, dan berpasrah dalam tawakal,
berharap Allah membimbing jalan juang perbaikan. Dan dapat kita temui,
insyaallah pertaubatan itu dari seorang pedang Allah, Khalid bin Walid.
Namun, pada kesempatan kali ini, kami tidak bermaksud mengulas episode
hijrah sahabat mulia itu. Kita akan belajar tentang ketangguhan Khalid
bin Walid dengan strategi perangnya dan acap kali menjumpai kemenangan
dengan Khalid sebagai panglimanya, dan tentu atas seizin Allah untuk
memenangkan peperangan umat Islam dengan kafir Quraisy untuk membela
agama mulia, Islam.
Pada masa pemerintahan Abu
Bakar, Khalid bin Walid ditunjuk menjadi panglima pasukan Islam sebanyak
46.000, menghadapi tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Dia
sama sekali tidak gentar menghadapinya, dia hanya khawatir tidak bisa
mengendalikan hatinya karena pengangkatannya dalam peperangan yang
dikenal dengan Perang Yarmuk itu. Dalam Perang Yarmuk jumlah pasukan
Islam tidak seimbang dengan pihak musuh yang berlipat-lipat. Ditambah
lagi, pasukan Islam yang dipimpin Khalid tanpa persenjataan yang
lengkap, tidak terlatih dan rendah mutunya. Ini berbeda dengan angkatan
perang Romawi yang bersenjata lengkap dan baik, terlatih dan jumlahnya
lebih banyak. Bukan Khalid namanya jika tidak mempunyai strategi perang,
dia membagi pasukan Islam menjadi 40 kontingen dari 46.000 pasukan
Islam untuk memberi kesan seolah-olah pasukan Islam terkesan lebih besar
dari musuh. Strategi Khalid ternyata sangat ampuh. Saat itu, taktik
yang digunakan oleh Romawi terutama di Arab utara dan selatan ialah
dengan membagi tentaranya menjadi lima bagian; depan, belakang, kanan,
kiri dan tengah. Heraklius telah mengikat tentaranya dengan besi antara
satu sama lain. Ini dilakukan agar mereka jangan sampai lari dari
peperangan. Kegigihan Khalid bin Walid dalam memimpin pasukannya
membuahkan hasil yang membuat hampir semua orang tercengang. Pasukan
Islam yang jumlahnya jauh lebih sedikit itu berhasil memukul mundur
tentara Romawi dan menaklukkan wilayah itu.
Perang
yang dipimpin Khalid lainnya adalah perang Riddah (perang melawan
orang-orang murtad). Perang Riddah ini terjadi karena suku-suku bangsa
Arab tidak mau tunduk lagi kepada pemerintahan Abu Bakar di Madinah.
Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Rasulullah, dengan
sendirinya batal setelah Rasulullah wafat.Oleb sebab itu, mereka
menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka
yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan. Maka Abu Bakar mengutus
Khalid bin Walid untuk menjadi jenderal pasukan perang Islam untuk
melawan kaum murtad tersebut, hasilnya kemenangan ada di pihak Khalid.
Ada kisah yang menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sempurna di
bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam
berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong
dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas. Hal ini
ditunjukkannya saat Khalifah Umar bin Khathab mencopot sementara waktu
kepemimpinan Khalid bin Walid tanpa ada kesalahan apa pun. Menariknya,
ia menuntaskan perang dengan begitu sempurna. Setelah sukses,
kepemimpinan pun ia serahkan kepada penggantinya, Abu Ubaidah bin
Jarrah. Khalid tidak mempunyai obsesi dengan ketokohannya. Dia tidak
menjadikan popularitas sebagai tujuan. Itu dianggapnya sebagai sebuah
perjuangan dan semata-mata mengharapkan ridha Sang Maha Pencipta. Itulah
yang ia katakan menanggapi pergantiannya, “Saya berjuang untuk kejayaan
Islam. Bukan karena Umar!”
Dan, alinea di ataslah
yang menjadi sorotan kami, bahwa, amanah yang diembankan kepada diri
kita, bukanlah tentang jabatan, bukan pula soal ketokohan yang
disematkan orang lain kepada diri yang jauh dari sempurna. Namun, amanah
kita adalah tentang bagaimana memanfaatkan segala karunia yang telah
Allah titipkan pada kita untuk kita berikan kebermanfaatan bagi orang
lain. Dengan atau tanpa pujian dari mereka, apatah lagi sampai membuat
diri ini bermalas-malasan ‘bekerja’ untuk Allah hanya karena tak
mendapat perhatian dari manusia. Hey! Mari perbanyak istighfar, mohon
ampun kepada Allah, dan semoga amal-amal kebaikan selama ini adalah
untukNya semata, bukan karena ingin dipuji atau mendapat perhatian
makhluk. Mari merenung.
Apa yang telah kita
persembahkan untuk Allah? Adakah perjuangan kita untukNya ataukah
sebatas menggugurkan kewajiban di masa mengemban amanah kepengurusan
dalam organisasi? Ataukah tanpa kita sadari, ada percik-percik api
kesombongan yang perlahan membakar ketulusan niat perjuangan? Mari
beristighfar, semoga Allah mengampuni segala kesalahan dan memberikan
kesempatan bagi kita menuju pertaubatan dengan sebenar-benar
taubat.Baarakallaahufiikum.
Hajiah M. Muhammad
Senin, 7 Januari 2013//24 Safar 1434 H